AGEN POKER - Tante Cantik ini berusia 35 tahun bernama Yeni, memiliki paras wajah
yang sangat cantik dipadu dengan body yang aduhai seksinya, ditambah
payudaranya mulus berukuran 36A. Siapa yang tak tergoda dengan tante
Yuli ini, seorang wanita pengusaha yang sangat kaya raya rambut lurus
seta tante ini sangat kaya raya yang sudah dikaruniai 2 orang anak. Awal
Cerita Tante – setelah aku menyelesaikan program mini marketnya, aku
mengantarkannya ke rumahnya yang hanya berjarak sepuluh menit dari
rumahku. Tante Yeni tidak ada dirumah. Aku menunggunya sampai dia datang
sambil ngobrol ditemani pembantunya. Setelah hampir satu jam aku
di sana, Tante Yeni pulang. Kulihat dia agak heran melihatku
bermain-main dengan Cynthia dan mengobrol santai dengan Mbak Ning.
AGEN CEME - “Kau bawa programnya ya? Ada petunjuk pemakaiannya kan?”
“Ada
dong. Tapi untuk mempercepat, sebaiknya aku menerangkan langsung pada
karyawanmu, Cie.” Aku sengaja memanggil Tante Yeni dengan panggilan
“Cie” karena dia masih terlihat sebagai wanita Chinese. Lagipula,
panggilan “Cie” akan membuatnya merasa lebih muda. Sejak hari itu,
aku semakin akrab dengan keluarga Tante Yeni. Apalagi kemudian Tante
Yeni memintaku untuk memberikan kursus privat komputer pada Edy dan
Johan, dua anaknya yang masing-masing kelas duduk di kelas 1 SMP dan
kelas 6 SD. Sedangkan untuk Cynthia, aku memberikan privat piano klasik.
Karena rumahnya dekat, aku mau saja. Lagi pula Tante Yeni setuju
membayarku tinggi. Aku dan Tante Yeni sering ber-SMS ria, terutama
kalau ada tebakan dan SMS lucu. Dimulai dari ketidaksengajaan, suatu
kali aku bermaksud mengirim SMS ke Ria yang isinya, “Hai say.. Lg
ngapain? I miz u. Pengen deh sayang-sayangan ama u lagi.. Aku pengen
kita bercinta lagi..”
BANDAR POKER - Karena waktu itu aku juga baru saja ber-SMS
dengan Tante Yeni, refleks tanganku mengirimkan SMS itu ke Tante Yeni!
Aku sama sekali belum sadar telah salah kirim sampai kemudian report di
HP-ku datang: Delivered to Ms. Yeni! Astaga! Aku langsung memikirkan
alasan jika Tante Yeni menanyakan SMS itu. Benar! Tak lama kemudian
Tante Yeni membalas SMS salah sasaran itu.
“Wah.. Ini SMS ke siapa
ya kok romantis begini..” Wah, untung aku dan Tante Yeni sudah akrab.
Jadi walaupun nakalku ketahuan, tidak masalah.
“Maaf, Cie. Aku
salah kirim. Pas lagi horny nih. :p Maaf ya Cie..” balasku. Aku sengaja
berterus terang tentang ‘horny’ku karena ingin tahu reaksi Tante Yeni.
“Wah.. Kamu ternyata sudah berani begituan ya! SMS itu buat pacarmu ya?”
“Bukan Cie. Itu TTH-ku. Teman Tapi Hot.. Hahaha.. Tidak ada ikatan kok, Cie..”
Beberapa menit kemudian, Tante Yeni tidak membalas SMS-ku. Mungkin sedang sibuk. Oh, tidak, ternyata Tante Yeni meneleponku.
BANDAR CEME - “Lagi dimana Boy?” Tanya Tante Yeni. Suaranya lebih akrab daripada biasanya.
“Di
kamar sendirian, Cie. Maaf ya tadi SMS-ku salah kirim. Jadi ketahuan
deh aku lagi pengen..” jawabku. Kudengar Tante Yeni tertawa lepas. Baru
kali ini aku mendengarnya tertawa sebebas ini.
“Aku tadi kaget sekali. Kupikir si Boy ini anaknya alim, dan tidak mengerti begitu-begituan. Ternyata.. Hot sekali!”
“Hm.. Tapi memang aku alim lho, Cie..” kataku bercanda.
“Wee.. Alim tapi ngajak bercinta.. Siapa tuh cewek?”
“Ya
teman lama, Cie. Partner sex-ku yang pertama.” Aku bicara blak-blakan.
Bagiku sudah kepalang tanggung. Aku rasa Tante Yeni bisa mengerti aku.
“Wah..
Kok dia mau ya tanpa ikatan denganmu?” tanyanya heran. Aku yang dulu
juga sering heran. Tetapi memang pada kenyataannya, sex tanpa ikatan
sudah bukan hal baru di jaman ini.
“Kami bersahabat baik, Cie. Sex hanya sebagian kecil dari hubungan kami.” Jawabku apa adanya.
Aku
tidak mengada-ada. Dalam beberapa bulan kami berteman, aku baru satu
kali bercinta dengan Ria. Jauh lebih banyak kami saling bercerita,
menasehati dan mendukung.
“Wah.. Baru tahu aku ada yang seperti itu di dunia ini. Kalau kalian memang cocok, kenapa tidak pacaran saja?”
AGEN DOMINO - “Kami
belum ingin terikat. Terkadang pacaran malah membuat batasan-batasan
tertentu. Ada aturan, ada tuntutan, ada konsekuensi yang harus
ditanggung. Dan kami belum menginginkan itu.”“Lalu, apa partnermu cuma si Ria dan partner Ria cuma kamu?” selidik Tante Yeni.
“Kalau
tentang Ria aku tidak tahu. Tapi tidak masalah bagiku dia bercinta
dengan pria lain. Aku pun begitu. Tapi tentu saja kami sama-sama
bertanggung jawab untuk berhati-hati. Kami sangat selektif dalam
bercinta. Takut penyakit, Cie.”
“Oh.. Safe Sex ya? “
“Yup!
Oh ya dari tadi aku seperti obyek wawancara. Tante sendiri bagaimana
dengan Om? Kapan terakhir berhubungan sex?” tanyaku melangkah lebih
jauh. Kudengar Tante Yeni menarik nafas panjang. Wah.. Ada apa-apa nih,
pikirku.
“Udah kira-kira 2 bulan yang lalu, Boy.” Jawabnya.
Lama sekali. Pasti ada yang tidak wajar. Aku jadi ingin tahu lebih banyak lagi.
“Ko Fery Impotent ya Cie?”
“Oh
tidak.. Entah kenapa, dia sepertinya tidak bergairah lagi padaku.
Padahal dia dulu sangat menyukai sex. Minimal satu minggu satu kali kami
berhubungan.”
“Lho, Cie Yeni berhak minta dong. Itu kan nafkah
batin. Setiap orang membutuhkannya. Sudah pernah berterus terang, Cie?”
tanyaku.
“Aku sih pernah memberinya tanda bahwa aku sedang ingin
bercinta. Tetapi dia kelihatannya sedang tidak mood. Aku tidak mau
memaksa siapa pun untuk bercinta denganku.”
“Oh.. Kalau Boy sih
tidak perlu dipaksa, juga mau dengan Cie Yeni..” godaku asal saja. Toh
kami sudah akrab dan ini memang waktu yang tepat untuk mengarah ke sana.
“Boy, kamu itu cakep. Masa mau dengan orang seumuran aku? Suamiku saja tidak lagi tertarik denganku..”
“Cie
Yeni serius? Aku tidak menyangka lho Cie Yeni bisa bicara seperti ini.
Cie Yeni masih muda. 35 tahun. Seksi dan modis. Kok bisa-bisanya rendah
diri ya? Padahal Cie Yeni terlihat sangat mandiri di mataku..” aku tak
bisa menyembunyikan keterkejutanku. Bagaimana bisa, sebuah SMS salah
sasaran, dalam waktu singkat bisa berubah menjadi obrolan sex yang
sangat terang-terangan seperti ini.
BANDAR DOMINO - “Kamu lagi nganggur kan? Datang ke rumahku sekarang ya? Suamiku tidak ada di rumah kok. Dia masih di kantor.”
Telepon
ditutup. Darahku berdesir. Benarkah ini? Seperti mimpi. Sangat cepat.
Bahkan aku tidak pernah bermimpi sebelumnya untuk mendapatkan Tante
Yeni. Selama ini aku sangat menghormatinya sebagai clientku. Sebagai
orang tua dari murid privatku. Bergegas aku mengambil kunci mobil
dan pergi ke rumah Tante Yeni. Di sepanjang jalan aku masih tak habis
pikir. Apakah benar nanti aku akan bercinta dengan Tante Yeni? Rasanya
mustahil. Ada Cynthia dan Mbak Ning di rumahnya. Belum lagi kalau
ternyata Edy dan Johan juga sudah pulang dijemput sopirnya. Sampai
di rumah Tante Yeni, ternyata rumahnya sedang sepi. Cynthia sedang
tidur dan hanya Mbak Ning yang sedang santai menonton televisi.
“Di tunggu Ibu di ruang computer, Kak.” Kata Mbak Ning. Dia memanggilku ‘kakak’ karena usiaku masih lebih tua darinya.
“Oh
iya.. Terima kasih, Ning. Ada urusan sedikit dengan programnya nih.”
Kataku memberikan alasan kalau-kalau Mbak Ning bertanya-tanya ada apa
aku datang.
Aku masuk ke ruang computer yang di dalamnya juga ada piano dan lemari berisi buku-buku koleksi Tante Yeni.
“Tutup saja pintunya, Boy.” Kata Tante Yeni.
Tiba-tiba
jantungku berdebar sangat keras. Entah mengapa, berbeda dengan
menghadapi Lucy, Ria dan Ita, aku merasa aneh berdiri di depan seorang
wanita mungil yang usianya di atasku. Setelah aku menutup pintu, belum
sempat aku duduk, Tante Yeni sudah melangkah menghampiriku. Dia
memelukku. Tingginya cuma sebahuku. Harum tubuhnya segera membuatku
berdesir. Pelukannya sangat lembut. Kepalanya disandarkan ke dadaku. Aku
tak tahu harus berbuat apa. Ini adalah pengalaman pertamaku dengan
wanita yang usianya di atasku. Aku takut salah. Apa aku harus berdiam
diri saja? Memeluknya? Menciumnya? Atau langsung saja mengajaknya
bercinta? Pikiranku saling memberi ide. Banyak ide bermunculan di
otakku. Beberapa saat lamanya aku bingung. Pusing tidak tahu harus
berbuat apa. Akhirnya aku memilih tenang. Aku ingin tahu apa yang Tante
Yeni inginkan. Aku akan mengikutinya. Kali ini aku main safe saja. No
risk taking this time.
“Cie Yeni adalah masalah?” bisikku.
Kurasakan pelukan Tante Yeni semakin erat. Dia tidak menjawab. Aku juga
diam. Benar-benar situasi baru. Pengalaman baru. Kurasakan penisku tidak
bergerak. Rupanya pelukan Tante Yeni tidak membangkitkan gairahku.
“Aku
cuma ingin memelukmu. Sudah lama aku tidak merasa senyaman ini di
pelukan seorang laki-laki. Kamu tidak keberatan kan aku memelukmu?”
akhirnya Tante Yeni berbicara.
“Tentu saja aku tidak keberatan,
Cie. Peluk saja sepuas Cie Yeni. Apapun yang Cie Yeni inginkan dariku,
kalau aku mampu, aku akan melakukannya.” Kurasakan tangannya mencubitku.
“Sok
romantis kamu, Boy. Aku bukan gadis remaja yang bisa melayang mendengar
kata-kata rayuanmu.. Wuih, apapun yang kau inginkan dariku.. Aku akan
melakukannya.. Hahaha.. Gak usah pakai begituan. Aku sudah sangat senang
kalau kamu mau kupeluk begini..”
Benar juga kata Cie Yeni. Hari
itu aku belajar menghadapi wanita dewasa. Belajar apa yang mereka
butuhkan. Bagi Tante Yeni, kata-kata manis tidak diperlukan. Tapi tentu
saja, aku tidak seratus persen percaya. Bagiku, tidak ada wanita di
dunia ini yang bisa menolak pujian dengan tulus.
Perasaan wanita
sangat peka. Wanita punya sense untuk mencerna setiap kata-kata pria.
Apakah rayuan, apakah pujian yang tulus, atau hanya bunga bahasa untuk
tujuan tertentu. Dan aku memilih untuk memujinya dengan setulus hatiku.
“Cie
Yeni, aku beruntung bisa dipeluk wanita sepertimu. Siapa sangka SMS
salah kirim bisa berhadiah pelukan?” candaku. Memang benar aku merasa
beruntung. Ini bukan bunga bahasa, bukan rayuan. Dan aku yakin perasaan
Cie Yeni akan menangkap ketulusanku.
“Yah.. Aku simpati denganmu
yang bisa bergaul akrab dengan anak-anakku. Kamu juga tidak merendahkan
si Ning. Kulihat memang pantas kau mendapatkan pelukanku, Boy..” bisik
tante Yeni lagi. Kali ini wajahnya mendongak menatapku. Ada senyum tipis
menghias bibirnya. Ugh.. Aku jadi ingin menciumnya. Di satu sisi
aku tahu bahwa aku salah. Tante Yeni sudah berkeluarga dan keluarganya
harmonis. Tapi di sisi lainnya, sebagai cowok normal aku menikmati
pelukan itu. Bahkan aku ingin lebih dari sekedar pelukan. Aku ingin
menciumnya, melepaskan pakaiannya, dan memberinya sejuta kenikmatan.
Apalagi Tante Yeni sudah 2 bulan lebih tidak mendapatkan nafkah batin. Pasti
dia sangat haus sekarang. Aku mulai memperhitungkan situasi. Kami dalam
ruang tertutup yang walaupun tidak terkunci, cukup aman untuk beberapa
saat. Mbak Ning tidak mungkin masuk tanpa permisi. Satu-satunya
kemungkinan gangguan adalah Cynthia. Perlahan aku memberanikan
diri menyentuh wajah Tante Yeni. Dengan dua buah jariku, aku membelai
wajahnya lembut. Mataku menatapnya penuh arti. Kulihat Tante Yeni
gelisah, tetapi ia menikmati sentuhanku di wajahnya.
Aku
menggerakkan wajahku menunduk mencari bibirnya. Sekejap kami berciuman.
Bibirnya sangat penuh. Sangat hangat. Baru beberapa detik, ciuman kami
terlepas. Tante Yeni menyandarkan kepalanya ke dadaku.
“Aku salah, Boy. Aku mulai menyayangimu..” bisiknya nyaris tak kudengar. Aku
yang sudah merasakan ciumannya mendadak ingin lebih lagi. Dasar cowok!,
rutukku dalam hati. Apalagi aku sedang horny. Aku mencoba mengangkat
wajahnya lagi. Ada sedikit penolakan, tapi wajahnya menatapku kembali.
Aku tak berani menciumnya. Dan Tante Yeni menciumku, menghisap bibirku,
memasukkan lidahnya, menggigit kecil bibirku. Dan akhirnya kami bercumbu
dengan hasrat membara. Kami sama-sama kehausan.. Agh.. Aku tak
peduli lagi. Wanita yang kuhormati ini sedang kupeluk dan kucumbu. Dia
membutuhkanku dan aku juga membutuhkannya. Yang lain dipikirkan nanti
saja. Nikmati saja dulu, pikirku cepat. Aku segera menggendongnya
dan membantunya duduk di atas meja. Dengan begini aku akan lebih leluasa
mencumbunya. Bibir kami saling melumat. Bergerak lincah saling berlomba
memberi kenikmatan tiada tara.
Tanganku mulai bergerak ke arah
payudaranya. Aku meraba payudaranya dari luar. Memberi remasan ringan
dan gerakan memutar yang membuat Tante Yeni menggelinjang. Perlahan aku
menyusupkan tanganku ke balik pakaiannya. Kurasakan tanganku tertahan.
Tante Yeni menolak. Rupanya dia hanya ingin bercumbu denganku. Dasar
cowok, aku mana tahan? Sudah kepalang tanggung. Aku nekat tetap
memasukkan tanganku dan dengan cepat aku berhasil melepas kait bra-nya.
Payudaranya terasa utuh di tanganku, masih sangat kencang, masih sangat
peka dengan rangsangan. Buktinya Tante Yeni bergetar hebat saat aku
meremas payudaranya. “Gila kamu, Boy. Aku tidak memerlukan ini semua.. Cukup peluk aku!” tegur Tante Yeni. Aku
tahu pikirannya memang menolak, tapi tubuhnya tidak. Aku tetap
merangsang payudaranya. Gerakan menolak tante Yeni melemah. Dan akhirnya
hanya desahan nafasnya yang memburu yang menandakan birahinya telah
bangkit. Dengan mulutku aku membuka kancing-kancing kemejanya.
Cukup sulit, karena ini baru pertama kali kulakukan. Tapi berhasil juga.
Tante Yeni tertawa melihat ulahku.
Kini aku bebas mencumbu
payudaranya. Kujilat dan kuhisap puting susunya. Tante Yeni melenguh
panjang. Kedua tangannya mencengkeram kepalaku. Wajahnya mencium
rambutku. Sesekali dia menggigit telingaku, sementara kepalaku, lidahku,
bergerak bebas merangsang payudaranya. Ugh, begitu enak dan nikmat.
Payudaranya tidak terlalu besar namun seksi sekali. Warnanya coklat
kekuningan dengan puting yang cukup besar. Aku bermain cukup lama
di putingnya. Menggigit ringan, menyapukan lidahku, menghisapnya lembut
sampai agak keras. Kadangkala hidungku juga kumainkan di putingnya.
Nafas Tante Yeni semakin memburu. Tentu saja untuk masalah nafas, aku
lebih kuat darinya karena aku rajin berolahraga menjaga stamina.
Tak
lama tanganku menyusup ke balik roknya untuk mencari vaginanya dan
membelainya dari luar. Kurasakan celana dalamnya telah basah. Tante Yeni
merapatkan kakinya. Itu adalah penolakan yang kedua. Kepalanya
menggeleng ketika kutatap matanya. Aku terus menatap matanya dan kembali
mencumbunya.
Aku tidak akan memaksanya. Tetapi aku punya cara
lain. Aku akan membuatnya semakin terangsang dan semakin menginginkan
persetubuhan. Perlahan cumbuanku turun ke lehernya.
“Ergh,”
kudengar lenguhannya. Wah, lehernya sensitif nih, pikirku. Dengan
intensif aku mencumbunya di leher. Bergerak ke tengkuk hingga membuatnya
semakin erat memelukku dan mencumbu telinganya.
“Boy..” rintihnya. Telinganya juga sensitif. Aku
bersorak. Semakin banyak titik tubuhnya yang sensitif, semakin bagus.
Lalu tanganku meraba punggungnya. Membuat gerakan berputar-putar dan
seolah menuliskan sesuatu di punggungnya. Tante Yeni semakin bergairah.
“Ka.. mu.. Na.. kal. Kamu pin.. Pintar sekali membuatku.. Bergairah..” jawabnya terputus-putus. Nafasnya semakin memburu.
“Cie
Yeni cantik sekali. Aku sangat menginginkanmu, Cie.. Aku ingin
membuatmu merasakan kenikmatan tertinggi bersamaku..” bisikku sambil
terus mencium telinganya.
“Aku juga menginginkanmu Boy.. Tapi aku takut..” jawab tante Yeni.
Ya,
aku harus membuatnya merasa aman. Dengan gerakan cepat aku melepaskan
pelukanku, mengganjal pintu dengan kursi dan kembali mencumbunya. Saat
itu di pikiranku cuma satu. Mengunci pintu justru tidak baik.
Mengganjal
pintu jauh lebih baik. Kulihat Tante Yeni merespons ciumanku dengan
lebih kuat. Tanganku kembali mencoba merangsang vaginanya. Kali ini
kakinya agak terbuka. Aku berhasil memasukkan jariku dan menyentuh
vaginanya. “Aahh..” Tante Yeni semakin terangsang. Kakinya terbuka
semakin lebar. Kini aku sangat leluasa merangsang vaginanya. Jariku
masuk menemukan klitoris dan membuatnya makin hebat dilanda badai
birahi. Entahlah, aku sangat tenang dalam melakukannya. Semakin
intensif aku merangsang titik-titik lemah tubuhnya, aku semakin tenang.
Aku seperti maestro yang sangat ahli melakukan tugasnya. Wah, rupanya
aku berbakat dalam menyenangkan wanita, pikirku sampai tersenyum
sendiri. Tante Yeni semakin dilanda birahi. Tangannya kini tidak
malu-malu melepas kancing celanaku dan mencari penisku. Setelah
menemukannya di balik celana dalamku, dia meremas dan mengocoknya. Aku
semakin terbakar. Kami sama-sama terbakar hebat. Perlahan aku
melepas turun celana dalamnya. Tidak perlu dilepas. Aku menatap matanya
meminta persetujuannya. Mata Tante Yeni nanar. Dia sangat kehausan dan
sudah pasrah menerima apa pun perbuatanku.
Perlahan penisku
menembus liang vaginanya tanpa kondom. Aku merasakan kenikmatan yang
dahsyat. Benar-benar jauh lebih nikmat dibandingkan dengan memakai
kondom. Aku berani tanpa kondom karena aku yakin dengan kesehatan Tante
Yeni. Aku mulai melakukan tugasku. Mendorong masuk, menarik
keluar, memutar, memompa kembali dan kami bercinta dengan dahsyat. Suara
penisku yang mengocok vaginanya terdengar khas. Aku mengerahkan segenap
kekuatanku untuk menaklukkannya. Tetapi benar-benar tanpa kondom
membuatku penisku lebih sensitif hingga belum begitu lama, aku sudah
merasakan di ambang orgasme. Segera kuhentikan aksiku. Kucabut
penisku dan aku menenangkan diri. Kami berciuman. Aku tak mau birahi
Tante Yeni surut. Setelah agak tenang aku kembali memasukkan penisku.
Kali ini aku tidak menggebu dalam memompa penisku. Aku memilih
menikmatinya perlahan-lahan. Setiap sodokan aku lakukan dengan segenap
hati hingga menghasilkan desahan dan rintihan nikmat Tante Yeni yang
sudah dua bulan tidak merasakan nikmatnya bercinta.
Gelombang
badai birahi kembali melanda. Keringat kami bercucuran, lumayan untuk
membakar lemak. Kami memang sedang berolahraga, olahraga paling nikmat
sedunia. Making love. Bercinta sangat baik untuk tubuh. Tidak hanya
tubuh, tetapi pikiran juga jadi fresh. Secara teoretis, ada semacam zat
penenang yang dihasilkan tubuh saat kita bersenggama, dan zat itu
membuat kita sangat nyaman. Aku heran juga dengan diriku yang
ternyata cukup kuat bercinta tanpa kondom. Penisku terasa agak panas.
Aku belajar menahan nafas dan sesekali saat kurasakan aku hendak
mencapai puncak, aku menghentikan kocokanku. Cukup sulit memang menahan
orgasme. Aku berusaha seperti menahan kencing. Dan usahaku
berhasil. Setidaknya aku bisa bercinta cukup lama mengimbangi Tante Yeni
yang perlahan tapi pasti semakin menuju puncak. Muka tante Yeni semakin
kemerahan. Wajahnya yang mungil tampak sangat cantik ketika sedang
dilanda birahi.
“Cie Yeni cantik sekali.. Hebat juga ketika
bercinta..” bisikku. Lidahku kembali mencumbui payudaranya yang semakin
penuh dengan keringat.
“Arg.., kamu juga.. Enak sekali, Boy..” ceracaunya.
Tante
Yeni bolak-balik memejamkan mata, membuka mata dan menggigit bibirnya.
Nafasnya sangat tidak teratur. Ngos-ngosan dan rambutnya semakin
acak-acakan terkena keringat. Wah, pemandangan yang seksi sekali saat
seorang wanita bercinta.
Sebenarnya aku ingin mengubah posisi
lagi. Aku ingin lebih lama bercinta. Tetapi aku agak khawatir juga.
Sudah cukup lama kami di dalam ruangan ini. Aku khawatir Mbak Ning nanti
tiba-tiba mengintip atau mencuri dengar. Aku khawatir karena Mbak Ning
cukup punya kecerdasan untuk berpikir yang tidak-tidak.
Dari
bahasa tubuh Tante Yeni, aku yakin orgasmenya sudah semakin dekat.
Gerakan tubuhnya semakin cepat. Cengkeraman tangannya di punggungku
kurasa telah melukai punggungku. Terkadang giginya bergemeretak menahan
nikmat. Dia tampak sekali berusaha untuk tidak menjerit.
“Agh.. Arrhhk.. Aku sudah ham.. pir..” rintihnya.
Tanganku
meraih bra Tante Yeni dan meletakkannya di mulutnya supaya dia bisa
menggigit bra itu. Daripada menjerit, lebih baik menggigit bra
sekuatnya. Penisku semakin gencar menghunjam vaginanya. Sodokanku
semakin kuat dan temponya kupercepat. Aku belajar untuk sama-sama
mencapai orgasme dengan Tante Yeni walaupun menurutku sangat sulit untuk
bisa orgasme bersamaan. Setidaknya, aku berencana membiarkannya orgasme
terlebih dulu, baru aku menyusul.
“Arghh.. Ya.. Terus.. Yah.. Dikit lagi..” erang Tante Yeni agak tidak jelas karena sambil menggigit bra.
Aku
menjaga semangat dan menjaga penisku agar tetap kuat bertempur.
Kurasakan penisku juga semakin panas. Aku juga sudah mendekati puncak.
Aliran sperma dari bawah sudah merambat naik siap menyembur. Gerakan
Tante Yeni semakin menyentak-nyentak. Untung meja di ruangan itu adalah
meja kayu yang kosong. Kalau seandainya ada buku atau ballpoint pasti
sudah berantakan terlempar. Beberapa saat kemudian aku merasakan
tubuh Tante Yeni bergetar hebat. Menghentak-hentak dan tangannya
mencengkeram sangat-sangat-sangat-kuat. Dia memelukku sangat erat. Dari
mulutnya keluar semacam raungan yang tertahan.. Seandainya ini di kamar
hotel, pasti dia sudah menjerit sepuasnya.
“Aargghh.. Sstt..”
Aku
merasakan ada cairan hangat meleleh keluar. Tidak seberapa banyak
tetapi membuat penisku semakin panas. Tante Yeni orgasme sementara aku
juga sudah semakin dekat. Inilah saatnya. Aku mempercepat kocokanku.
Cepat.. Dan aku mencabut penisku.
Crot..!! Srr.. R.. Srr.. Srr..
Spermaku berhamburan muncrat di perut dan dada Tante Yeni. Ah.., nikmat
sekali mencapai puncak. Perjuanganku tidak sia-sia. Aku yang selama ini
rutin berlatih menahan kencing, melatih otot-otot perut dan penisku,
sukses mengantarkan Tante Yeni menggapai orgasmenya. Dibandingkan ketika
making love dengan Ria dan Ita, kali ini lebih mendebarkan dan
menantang. I did it. Tante Yeni segera mencari tissue dan
membersihkan ceceran spermaku. Kurang dari semenit kemudian dia sudah
memakai bra dan kemejanya kembali. Celana dalam dan roknya tinggal
merapikan saja. Aku pun tinggal merapikan celanaku.
Beberapa saat
kami berpandangan. Ada rona puas di wajah Tante Yeni. Dia tersenyum
manis. Sekarang dia bukan lagi sekedar clientku. Bukan lagi sekedar
orang tua muridku. Sekarang dia adalah partner sex-ku. Ada rasa aneh
menjalar di tubuhku. Aku tiba-tiba merasa begitu menghormati wanita di
hadapanku ini. Sinar matanya yang tegas, pembawaannya yang mandiri,
dikombinasi dengan senyum dan kelembutannya, sungguh mempesona. Aku
sangat bangga bisa memberinya kenikmatan.
“Maaf Cie.. Sudah melangkah jauh sekali..” kataku.
“Ya! Kamu tidak sopan sekali, tadi!” katanya bergurau tetapi dalam nada agak tegas.
Kami
pun tertawa bersama. Aku memeluknya. Mencium dahinya. Merapikan
rambutnya yang agak basah terkena keringat. AC di ruangan itu sangat
membantu tubuh kami cepat kering.
“Habis Cie Yeni, sudah tahu aku lagi horny malah diundang kemari..” kataku membela diri.
“Terus
terang aku juga lagi pengen, Boy. Begitu tahu kamu ternyata sudah
pengalaman, aku jadi tergoda denganmu. Tapi memang tadi aku sangat takut
melangkah. Untung kamunya nekat.. Aku jadi terpuaskan, deh. Makacih
ya..”Ya ampun.. Bisa-bisanya Tante Yeni bicara manja seperti ini.
Aku sampai merasa bagaimana.. gitu. Aneh. Wanita memang makhluk paling
aneh sedunia. Di balik penampilannya yang keras dan tegar, toh dia tetap
wanita juga. Sisi lembutnya tetap ada.
“Ya.. Aku juga senang
sekali bisa memuaskan Cie Yeni. Aku juga belajar banyak lho. Sepertinya
tadi Cie Yeni kurang suka dengan permainan tanganku di vagina ya?”
“Bukan begitu. Aku tidak tahu apakah tanganmu bersih atau tidak. Tapi lama kelamaan karena enak, ya sudah.. diteruskan saja..”
“Oh
jangan kuatir.. Aku selalu sedia handy desinfectant kok. Biar tanganku
bebas kuman.” Kataku menenangkannya. Aku tadi memang pakai handy
desinfectant, tapi kan tetap saja aku pegang setir mobil. Haha.. Yang
ini tidak aku ceritakan. (Kalau Cie Yeni baca cerita ini, maafin ya..)
“Yah
baguslah. Aku juga suka karena kamu selalu terlihat bersih dan harum..”
tante Yeni mencium bibirku lagi. Kami kembali berpagutan. Lidahku
kembali menerobos mulutnya. Menekan lidahnya, saling bergelut. Kami
terus berciuman sambil berpelukan. Banyak pria melupakan kenyataan
bahwa ada hubungan yang harus dibina setelah kita berhubungan sex.
Setelah terjadi orgasme, wanita tetap membutuhkan sentuhan, pelukan dan
ciuman. Wanita sangat berharga.
Jangan sampai kita para pria,
begitu mendapatkan orgasme, langsung selesai begitu saja. Harus Ada
after orgasm service. Ini adalah salah satu kunci yang aku pegang untuk
membuat wanita merasa nyaman bersamaku. Kami berpelukan dan dengan jelas
aku mendengar suara Tante Yeni.. “Aku menyayangimu, Boy. Terima
kasih buat semuanya. Aku merasa dihargai dan dibutuhkan olehmu..”
kata-kata ini tidak akan pernah aku lupakan. Kalau Cie Yeni membaca
cerita ini, Cie Yeni pasti ingat bahwa kata-katanya sama persis dengan
yang kutulis. (Kecuali namaku, yaa.. Hehe).Sebetulnya aku harus
menanyakan arti sex bagi Tante Yeni. Tapi aku menundanya. Aku pikir aku
bisa menanyakannya lain kali. Entah mengapa aku tidak bertanya.Lalu
kami keluar dari ruangan itu. Aku tidak melihat Mbak Ning. Sengaja aku
ke kamar mandi dan kemudian aku mengintip ke kamar Mbak Ning dari kaca
nako kamarnya. Astaga, dia sedang berganti baju.
“Hayo.. Ngintip! Dasar cowok!” hardik Mbak Ning. Aku terkejut tapi tertawa.
“Maaf-maaf, kupikir dimana tadi kok tidak ada.. Aku pulang dulu ya..”
“Ya.. Ya.. Buka sendiri pagarnya yaa”
0 Comments